Laman

Sabtu, 28 Januari 2012

Education and our nation future

Education and our nation future.

by : Ismail Azmi

Education is the most important pillars in building a national identity; to build one nation to be the greatest nation. With good and directed education, one nation could determine its own future.

Talking about the quality of human resources, education holds a very important role in the process of improving the quality of human resources. Improving the quality of education is an integrated process with the process of improving the quality of human resources itself.

The increasing of intellectual capabilities, including the mastering, application, and developing science and technology so that it could improve the quality of Indonesian human life. Furthermore, the quality of Indonesian human resources has high competitiveness in the midst of global life. Apparently that Intellectual mastery on that matters should always be balanced by the increasing in ethical and moral capabilities as well as religion as a source of ethical values and morals.

Globalization will influence every aspect in human life wherever they live. Under no circumstances they could not resist and run away, inevitably must be faced. Only an introspective nation alone could face. Education is a fortress to block the globalization. Right Management national education strategy is a way to overcome the negative impact of globalization, besides, globalization will also direct in a positive direction for the development of the nation.

Education is the essential the process in building a civilization. Therefore, education should always be based on the concept of growth, development, renewal, and continuance so national education program should be done professionally.

Realizing the importance of the process of improving the quality of human resources, then the government must continually strive to realize the mandate through a development of a higher quality education, besides the improvement of curriculum and evaluation system. But in reality the government's efforts are not enough to improve education quality.

Regarding to the education issue, our government's attention is still very low. This condition is reflected in the increasingly complex education problems. The quality of students is still low; teachers are less professional, high cost education, even chaotic Education Regulation. Many people hard to get better education. The impact of poor education, the future of our country will get declined.

However, based on my own opinion this condition is designed by the greedy global capital power that probably suppress the leader of many developing countries like Indonesia to “do” so. These greedy global capital power have interest to keep their hegemony to the many developing countries and poor countries but rich in natural resources. Poor and low educated countries have no capabilities to manage, control and process their natural resources.

Low educated people will not also be able to think clearly when they have to vote their voice in general election to elect the leader. Surely this will benefit the foreign countries – global capital power, or multinational corporation to increase their hegemony. As a result, like we always see in media, many foreign companies control our natural resource arbitrarily. Furthermore, and the most disappointed things are the many Indonesian people are just the bystander and even worst they are just slave in their own nation.

Senin, 23 Januari 2012

pancasila

Dimulai dari Sebuah Garis

Garuda pancasila
Akulah pendukungmu
Patriot proklamasi
Sedia berkorban untukmu
Pancasila dasar negara
Rakyat adil makmur sentosa
Pribadi bangsaku
Ayo maju maju
Ayo maju maju
Ayo maju maju
Bukan tanpa alasan saya minta anak-anak di Sungai Bambu untuk menyanyikan lagu Garuda Pancasila. Hari Minggu 17 September 2011 kemarin Perpuskreatif sedang memasuki tema besar “Mengenal Indonesia” dengan topik di minggu pertama ialah “mengenal Pancasila”.
Kali ini yang menjadi ketua mentor adalah @PutriPuuch. Dia menerangkan apa yang ada di balik gambar Garuda Pancasila sekaligus menerangkan penerapan dari setiap sila Pancasila. Tujuannya, supaya anak-anak tak sekedar hafal 5 sila tersebut, tapi mengerti penerapannya dalam kegiatan sehari-hari.
Sebelum penyampaian materi, anak-anak kami minta untuk menggambar lambang negara Indonesia itu di sebuah kertas kosong. Niatnya, untuk me-refresh ingatan anak-anak tentang Pancasila. Seberapa ingatkah mereka?
Namun, jangankan mengingat, ketika saya minta mulai menggambar anak-anak sudah berteriak “nggak mau Kak.. nggak bisa”.
Hari ini, Opank sengaja pakai baju bergambar lambang Garuda Pancasila. Kami minta mereka untuk mencontoh gambar di baju itu. Tapi tetap saja mereka berteriak “ngga bisa Kak, susaaah..” Hampir semua anak menolak menggambar, kecuali dua orang anak, Angga dan Ashifa. Beberapa lainnya bahkan nawar “gambar rumah aja ya Kak”. Saya hanya tersenyum, lalu menggeleng. “Nggak, hari ini kita gambar Pancasila”
Setelah aksi merayu gagal mereka lakukan, akhirnya mereka membuat berbagai alasan seperti ”pensilnya nggak ada kak” . Saya tahu persis, “rumitnya” gambar Garuda Pancasila itu yang membuat mereka menyerah sebelum memulai.  Akhirnya saya bilang Yang dilihat itu usahanya, berani memulai.. bukan seberapa bagus hasilnya nanti”
Setelah saya bilang itu, sebagian anak mulai menggambar. Tapi, sebagian lagi masih saja tetap diam. Kertas yang dibagikan masih kosong melompong. Saya bertanya pada yang belum memulai “Dulu, waktu kecil kalian lahir sudah langsung bisa berjalan nggak ” Serempak mereka menjawab “Beloooomm..” Saya lanjutkan, “Nah, sekarang kalian bisa kan? itu karena kalian mau berusaha, dan mau memulai..” Mereka menggangguk setuju. “Sekarang kalian mulai saja, tarik garis dulu… “. Mereka menurut. Setelah sebuah garis, mereka lanjut ke garis-garis lainnya.
 “Sebuah lukisan mahakarya pun harus dimulai dari sebuah garis..”
Di tengah-tengah gambar, kembali lagi mereka menyerah. Saya tahu betul, gambar Garuda itu bukan gambar biasa. Rumit untuk sekedar dicontoh. “Nggak bisa kak, susah, gambarnya jelek” teriak mereka lagi. Saya, yang awalnya hanya mengawasi akhirnya mengambil selembar kertas, duduk di antara mereka. Ikut menggambar dan ikut merasakan kesusahan. Saat melihat saya menggambar, mereka jadi ikut meneruskan. Ketika selesai, saya tunjukkan pada mereka hasil gambar saya yang tak bisa dibilang bagus. “Gambar aja, yang penting usahanya, punya Kak Nanda udah jadi nih..”
Children See, Children Do”
Satu persatu anak-anak selesai menggambar. Saya minta mereka untuk menuliskan nama di setiap kertas gambar mereka. “Namanya jangan kecil-kecil nulisnya, tulis yang besar-besar di kertas” begitu saya bilang pada anak yang menulis namanya kecil-kecil.
Setiap anak yang sudah selesai menggambar, saya panggil untuk di foto bersama hasil karya mereka. Sebagian dari mereka ada yang malu dengan hasil karyanya, sehingga tidak mau difoto dengan gambar yang mereka buat. “Kakak nggak mau foto anak-anak yang malu dengan hasil karyanya. Kalian harus bangga dengan hasil karya kalian. Yang kalian bilang jelek, belum tentu jelek dibandingkan yang lain. Itu karya yang bagus. Kalian harus bangga…”  dan satu persatu mereka mulai membuka kertas yang mereka lipat. Berfoto sambil tersenyum dengan hasil karya mereka.
Dan ya.. bagaimana kita bisa memberikan sebuah karya untuk Indonesia ini jika kita tidak berani memulai?

Pendidikan karakter

Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk 275 juta penduduk Indonesia”
Sebelum kita membahas topik ini lebih jauh lagi saya akan memberikan data dan fakta berikut:
  • 158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011
  • 42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011
  • 30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI
  • Kasus korupsi terjadi diberbagai lembaga seperti KPU,KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM
Sumber : Litbang Kompas
Kini setelah membaca fakta diatas, apa yang ada dipikran anda? Cobalah melihat lebih ke atas sedikit, lebih tepatnya judul artikel ini. Yah, itu adalah usulan saya untuk beberapa kasus yang membuat hati di dada kita “terhentak” membaca kelakuan para pejabat Negara.
Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi dirumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak perlu untuk kelangsungan hidup Bangsa ini.

Bayangkan apa persaingan yang muncul ditahun 2021? Yang jelas itu akan menjadi beban kita dan orangtua masa kini. Saat itu, anak-anak masa kini akan menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai belahan Negara di Dunia. Bahkan kita yang masih akan berkarya ditahun tersebut akan merasakan perasaan yang sama. Tuntutan kualitas sumber daya manusia pada tahun 2021 tentunya membutuhkan good character.
Bagaimanapun juga, karakter adalah kunci keberhasilan individu. Dari sebuah penelitian di Amerika, 90 persen kasus pemecatan disebabkan oleh perilaku buruk seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang buruk. Selain itu, terdapat penelitian lain yang mengindikasikan bahwa 80 persen keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan oleh emotional quotient.
Bagaimana dengan bangsa kita? Bagaimana dengan penerus orang-orang yang sekarang sedang duduk dikursi penting pemerintahan negara ini dan yang duduk di kursi penting yang mengelola roda perekonomian negara ini? Apakah mereka sudah menunjukan kualitas karakter yang baik dan melegakan hati kita? Bisakah kita percaya, kelak tongkat estafet kita serahkan pada mereka, maka mereka mampu menjalankan dengan baik atau justru sebaliknya?
Dari sudut pandang psikologis, saya melihat terjadi penurunan kulaitas “usia psikologis” pada anak yang berusia 21 tahun pada tahun 20011, dengan anak yang berumur 21 pada tahun 2001. Maksud usia psikologis adalah usia kedewasaan, usia kelayakan dan kepantasan yang berbanding lurus dengan usia biologis. Jika anak sekarang usia 21 tahun seakan mereka seperti berumur 12 atau 11 tahun. Maaf jika ini mengejutkan dan menyakitkan.
Walau tidak semua, tetapi kebanyakan saya temui memiliki kecenderungan seperti itu. Saya berulangkali bekerjasama dengan anak usia tersebut dan hasilnya kurang maksimal. Saya tidak “kapok” ber ulang-ulang bekerja sama dengan mereka. Dan secara tidak sengaja saya menemukan pola ini cenderung berulang, saya amati dan evaluasi perilaku dan karakter mereka. Kembali lagi ingat, disekolah pada umumnya tidak diberikan pendidikan untuk mengatasi persaingan pada dunia kerja. Sehingga ada survey yang mengatakan rata-rata setelah sekolah seorang anak perlu 5-7 tahun beradaptasi dengan dunia kerja dan rata-rata dalam 5-7 tahun tersebut pindah kerja sampai 3-5 kali. Hmm.. dan proses seperti ini sering disebut dengan proses mencari jati diri. Pertanyaan saya mencari “diri” itu didalam diri atau diluar diri? “saya cocoknya kerja apa ya? Coba kerjain ini lah” lalu kalau tidak cocok pindah ke lainnya. Kenapa tidak diajarkan disekolah, agar proses anak menjalani kehidupan  di dunia yang sesungguhnya tidak mengalami hambatan bahkan tidak jarang yang putus asa karena tumbuh perasaan tidak mampu didalam dirinya dan seumur hidup  terpenjara oleh keyakinannya yang salah.

Baiklah kembali lagi ke topik, Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
Bagi Indonesia sekarang ini, pendidikan karakter juga berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sitematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebinekaan, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa rasa percaya diri dan optimisme. Inilah tantangan kita bangsa Indonesia, sanggup?
Theodore Roosevelt mengatakan: “To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society” (Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat)

Kegiatan dalam Gambar










Kita Belajar Bukan Untuk Sekolah Melainkan Untuk Kehidupan

“NON SCHOLAE SED VITAE DISCIMUS”
(Kita Belajar Bukan Untuk Sekolah Melainkan Untuk Kehidupan)

KURIKULUM
Berikut gambaran garis besar kurikulum yang di pakai di Rumah Belajar 09 :

1.    Bahasa
Kemampuan berbahasa anak dikembangkan berdasarkan metode belajar bahasa utuh (Whole Language) yang dikembangkan oleh para pakar di Amerika Serikat, terdiri dari baca – tulis – bicara – dengar.
Proses belajar berbahasa ditujukan bukan sekedar mengajarkan keterampilan baca tulis, namun lebih jauh ditujukan membangun kemampuan anak untuk mampu menuangkan gagasan, pemikiran juga perasaannya.

2.    Agama
Dalam aspek keagamaan, relasi anak dengan Tuhan dibangun setiap saat dalam kaitannya dengan kegiatan anak belajar sehari – hari, bahkan pada saat anak belajar sains ataupun ketika berproses kreatif.  Relasi dengan Tuhan (apapun agamanya) adalah bagian terpenting dalam proses belajar anak, karena terkait dengan proses pengenalan diri, pencarian jati diri seorang anak.

3.    Proses Kreatif
Bukan keterampilan atau pra – karya, Anak – anak akan betul – betul digali kekayaan kreatifitasnya pada saat mereka menyelesaikan soal – soal matematika, merancang atau saat berpetualang di alam. Kreatifitas bukanlah semata – mata mengenai menggambar atau pra – karya, tetapi adalah kemampuan anak untuk mencipta atau memecahkan masalah.

4.    Budi Pekerti
Selama ini di sekolah formal dikenal dengan mata pelajaran PPKn (dulu PMP), hal mana sebetulnya hanya sebagian kecil saja dari budi pekerti yang bisa dipelajari dari buku cetak, bahkan ketika anak sampai hafal seluruh isi buku sekalipun.
Pemahaman nilai – nilai Budi Pekerti hanya bisa dilakukan lewat pengalaman langsung. Dan ini dapat dilakukan lewat berinteraksi dengan sesama. Lebih jauh dari sekedar Budi Pekerti, proses belajar di Rumah Belajar 09  akan membawa anak dalam sebuah proses pembinaan karakter, dimana karakter positif anak akan digali dan terus dikembangkan.

5.    Sejarah, Studi Sosial
Bidang pengembangan ini dikonsepkan sebagai pengembangan kepekaan dan cara berpikir divergen. Bidang ini juga tidak bisa dihayati dengan cara menghafal, tetapi harus dihayati lewat pengalaman langsung dari anak. Ini akan diterapkan dengan banyak melakukan simulasi dan berkunjung ke tempat – teampat bersejarah, sehingga anak bisa menarik kesimpulan sendiri lewat pengalaman – pengalamannya.

6.    Matematika
Tidak hanya mampu berhitung, yang jauh lebih penting adalah bagaimana anak  bisa memahami konsep – konsep matematika, menganalisa dan menggunakan nalar matematikanya untuk memecahkan masalah. Ini adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk seluruh hidupnya kemudian.
Drilling – latihan untuk menjawab soal akan tetap diberikan dengan dikembangkan lanjut dalam bentuk yang lebih atraktif dan menyenangkan untuk anak.

7.    Sains
Sains (bukan IPA) akan dikenalkan di Rumah Belajar 09, bahkan sejak jenjang pra - sekolah. Karena jenjang usia ini adalah usia dimana rasa ingin tahu anak sangat besar tentang alam lingkungan yang disusun di benak anak. Tujuan utama pembelajaran Sains adalah menumbuhkan sikap ilmiah, dan memberikan keterampilan tentang bagaimana mempelajari, memahami dan mendalami sesuatu.
Berbeda dengan IPA yang selama ini dari kelas 1 SD sampai lulus SMA didominasi hafalan, anak akan diajak bernalar dengan cara banyak mencoba bereksperimentasi dan melakukan pengamatan langsung. Secara bertahap, anak – anak juga akan dikenalkan pada konsep Desain – Teknologi dimana kreatifitas dan nalar anak ditumbuh – kembangkan secara sinergis.

8.    Budaya
Bukan sekedar belajar bahasa daerah, seperti yang selama ini diajarkan di sekolah – sekolah, yang lebih penting adalah mengajak anak untuk dapat mengenali dan mengapresiasi perbedaan dan keberagaman. Didalamnya, anak akan diajak bersentuhan dengan bahasa, karya rupa, musik, cara hidup dan banyak aspek budaya Indonesia yang begitu kaya, dimulai dari hal – hal yang sederhana.


KOMUNITAS ORANG TUA
Partisipasi dan keterlibatan orang tua
Kerja sama, komunikasi terbuka dan saling mendukung antara Rumah Belajar 09 (sekolah) dan orang tua adalah sesuatu yang kami yakini penting dan terutama di dalam proses pendidikan anak.
Sebaik apapun pembelajaran yang mampu diberikan sekolah, tanggung jawab utama proses pendidikan anak tetap berada di tangan orang tua. Sebagian besar waktu anak tetap ada di luar sekolah dan ada di dalam tanggung jawab orang tua dan keluarga.

KLUB DONGENG INTERAKTIF
(Cerita, imajinasi dan berkarya)
Dongeng atau Story Telling adalah salah satu kegiatan yang sangat dibutuhkan dan sangat disukai anak – anak. Dongeng adalah pintu terutama untuk membangun kecintaan anak terhadap dunia buku, yang selanjutnya akan membangun minat baca pada anak – anak, mulai pada usia yang sangat dini.

PROGRAM BERMAIN ATAU BELAJAR, BELAJAR ATAU BERMAIN
Di Program bermain dan belajar, kita akan merancangkan bagi anak sebanyak mungkin pengalaman – pengalaman yang menginspirasi : yang mudah-mudahan terbawa dan tertanam dalam sikapnya sehari-hari.


Ragam Kegiatan
Kegiatan dirancang secara tematik dalam berbagai bidang keterampilan seperti :
a.    membuat karya : imajinatif atau ilmiah [PROSES KREATIF]
b.    pengamatan atau eksprementasi ilmiah sederhana [SAINS]
c.    menuangkan pemikiran dan perasaan dalam bentuk lisan / tulisan [KOMUNIKASI]
d.    merancang dan memecahkan masalah [PROBLEM SOLVING]
e.    bermain peran
f.    dinamika kelompok [GAMES] dan
g.    outing apabila tema sesuai dan teknis pelaksanaan memungkinkan Anak akan dipertemukan dengan variasi media karya yang kaya mulai dari barang bekas, bahan-bahan alam, cat, pinsil warna, pastel / crayon, di atas macam – macam variasi bahan. Demikian juga dengan media belajar yang variatif seperti lego, balok dan puzzle dll. Referensi sebagai pendukung pembelajaran diberikan dalam bentuk buku dan media audio visual seperti VCD dan DVD.
 

PROGRAM RUMAH BELAJAR 09

PROGRAM RUMAH BELAJAR 09

Dalam upaya untuk membangun model pendidikan yang ideal di Indonesia, Rumah Belajar 09 mengembangkan kurikulum yang berbasis pada empat hakikat pendidikan, yang antara lain :
1.    mengembangkan seluruh potensi peserta didik
2.    membimbing peserta didik untuk menemukan misi kemanusiaan dan perannya dalam kehidupan
3.    mengembangkan kemampuan berpikir dan hasrat belajar
4.    pewarisan nilai – nilai dan pengetahuan.

Keunikan manusia adalah terletak pada keberagaman potensinya. Berpijak pada teori multiple intelligences yang digagas oleh Howard Gardner pada 1983, Rumah Belajar 09 berupaya untuk memberi ruang yang cukup untuk tumbuh kembangnya seluruh potensi kecerdasan amak.
Berbeda dengan pendidikan formal yang saat ini hanya cenderung dengan mengembangkan aspek kognitif saja, proses pendidikan di Rumah Belajar 09 berupaya untuk mengoptimalkan potensi anak yang beragam dengan metode yang sesuai dengan kecenderungan gaya belajar mereka. Pendididkan formal yang kita kenal selama ini tidak menyentuh pada persoalan yang mendasar tentang mengapa dan untuk apa kita berkehidupan, sehingga menghasilkan produk – produk pendidikan yang cenderung mirip dengan robot. Pendidikan formal hanya kaya dengan pengetahuan dan teknologi, tapi tidak mampu untuk dapat memaknai dan memberikan “sentuhan kemanusiaan“ pada karya – karyanya. Padahal dalam kerangka pendidikan yang “memanusiakan manusia“ hal ini sangatlah esensial. Manusia yang lengah dalam membangun konsep diri dan menemukan misi kehidupannya akan terombang ambing dalam gelombang kehidupan.

Aspek lain yang juga esensial dalam proses pendidikan adalah pengembangan kemampuan berpikir. Metode berpikir yang benar akan menghasilkan buah pemikiran yang konstruktif terhadap pembangunan dan pengembangan peradaban. Anakpun selayaknya dapat memahami dan mampu mengaplikasikan teknik berpikir yang beragam serta bisa mengaplikasikannya pada kondisi yang sesuai. Kemampuan berpikir kritis, kreatif, logis, maupun ilmiah, serta pola berpikir induktif dan deduktif perlu dibangun untuk menghasilkan fleksibilitas berpikir dalam menghadapi berbagai objek dan fenomena. Dengan demikian akal anak  akan selalu dapat berpikir yang tepat sesuai dengan objek pemikirannya. Selain itu, pendidikan pun harus mampu memompa hasrat belajar anak sehingga selalu memiliki motivasi dan semangat yang lebih dalam mengeksplorasi ilmu dan pengetahuan demi kehidupan yang lebih baik.

Pendidikan adalah sebuah proses penyiapan suatu generasi baru untuk melanjutkan estafet pembangunan dan pengembangan peradaban. Nila – nilai luhur dan pengetahuan yang telah dicapai oleh generasi sebelumnya patut diwariskan pada generasi muda, bukan dengan pola dogmatis dan indoktrinasi, namun melalui proses transfer yang diliputi kesadaran kritis dan keteladanan.

Namun demikian, kegiatan Rumah Belajar 09 bukan bermaksud untuk menjadi substitusi dari sekolah formal. Tapi untuk melengkapi yang kurang tercakup pada pengalaman belajar di sekolah formal. Dengan demikian, anak akan mendapatkan pengalaman belajar baru yang komprehensif dan bermakna. Dan pola yang dipegang adalah belajar bersama. Tak ada hirarki tegas yang membedakan antara pengajar dengan murid. Semuanya belajar bersama dan saling berbagi.

Secara umum, filosofi dan semangat Rumah Belajar 09 terkait dengan poin – poin berikut ini :
1.    berbasis pada empat hakikat pendidikan;
2.    memperhatikan teori perkembangan anak (tinjauan psikologis berdasarkan usia anak)
3.    tidak hanya berorientasi pada perkembangan individu namun pada keberhasilan kelompok/komunal
4.    optimalisasi potensi terdekat dan memprioritaskan penyelesaian masalah lokal
5.    berorientasi pada pemahaman dan karya, bukan target materi

Rumah Belajar 09 memiliki 4 Program, yaitu :
1)    Belajar Bareng
Belajar bareng adalah kegiatan belajar yang dikemas dalam bentuk belajar bareng yang ditemani oleh kakak – kakak pembimbing. Belajar Bareng ini fokus untuk mendukung pelajaran di sekolah.

Jadwal belajar pada setiap hari seni – kamis, dan dibagi menjadi 5 kelompok waktu belajar, yaitu :
1.    Jam 07.00 – 08.30 untuk anak kelas III – V
2.    Jam 08.30 – 09.30 untuk anak pra – sekolah
3.    Jam 09.30 – 10.30 untuk anak kelas I – II
4.    Jam 15.00 – 14.00 untuk anak SMP
5.    Jam 14.00 – 17.30 untuk anak umum
Namun Rumah Belajar 09 membebaskan mereka untuk datang kapanpun, sehingga hampir setiap hari Rumah Belajar 09 penuh dengan anak – anak.

2)    Perpuskreasi
Perpuskreasi memperkenalkan pada anak – anak akan arti pentingnya buku bagi kehidupan manusia. Dengan membaca kita diajarkan untuk bisa mengetahui rahasia alam semesta. Selain itu Rumah Belajar 09 juga mengajak anak untuk belajar tentang lingkungan, sampah, kreatifitas, kesenian, dan kearifan lokal.
Jadwal yang digunakan pada setiap hari minggu atau menggunakan jadwal Belajar Bareng.

3)    Home schooling
Homeschooling adalah salah satu model belajar bagi anak-anak. Sekolah bukan satu-satunya tempat belajar anak dan cara anak untuk mempersiapkan masa depannya. Di dalam sistem pendidikan Indonesia, keberadaan homeschooling adalah legal. Keberadaan homeschooling memiliki dasar hukum yang jelas di dalam UUD 1945 maupun di dalam UU no 20/2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional. Sekolah disebut jalur pendidikan formal, homeschooling disebut jalur pendidikan informal. Siswa homeschooling dapat memiliki ijazah sebagaimana siswa sekolah dan dapat melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi manapun jika menghendakinya.

4)    Sahabat Bermain meliputi outbound, jalan – jalan, permainan, lari pagi dan berbagai lomba.


Pola belajar yang dirancang menggunakan pola belajar sesuai dengan bidang yang di senangi. Sejauh ini terdapat tiga belas bidang yang dapat dipilih dan diikuti anak yang sesuai dengan minatnya, antara lain :

a.    Kepribadian
b.    Sains
c.    Bahasa
d.    Sosial Humaniora
e.    Keterampilan
f.    Bela Negara
g.    Kesenian
h.    Teknologi Terapan
i.    Olahraga
j.    Permainan
k.    kreatifitas
l.    kearifan local
m.    Kesehatan dan Lingkungan

Perpustakaan

 
 Belajar Bareng



 Belajar Bareng


 Bermain


Perpustakaan

Rumah Belajar

Maksud dan Tujuan
  • Untuk dapat memberikan kemudahan bagi Anak – anak dan Remaja dalam hal mendapatkan info tentang Pendididkan dan ilmu  pengetahuan
  • Untuk dapat mengingatkan kepada Anak – anak dan Remaja akan arti pentingnya dari membaca Buku
  • Untuk dapat memberikan pengertian yang lebih pada Orang tua dan Lingkungan akan arti pentingnya Pendidikan seorang Anak
  • Untuk dapat menanamkan disiplin dan Mental dalam Belajar yang lebih baik
  • Untuk dapat meningkatkan derajat hidup Masyarakat dan mengurangi jumlah Anak terlantar
  • Agar anak – anak dan Pemuda bisa menjadi Manusia Indonesia yang bermartabat.

Strategi Program
Integratif    : Semua program terintegrasi sehingga hasilnya bisa optimal
Continum     : Bahwa program dilakukan dengan secara terus menerus, sehingga 
                            dapat direncanakan dengan baik
Partisipatif     : dengan melibat sertakan seluruh komponen masyarakat dalam 
                             perencanaan dan pelaksanaan program


Realisasi Program :
Program jangka Pendek :
  1. Mengadakan kegiatan kelompok belajar dan kelompok bermain
  2. Mengadakan Perpustakaan Umum ( perpuskreasi )
  3. Peningkatan Keterampilan bagi Anak – anak dan Remaja agar memiliki Pijakan yang kuat untuk menyongsong masa depan

Program Jangka Panjang :
  1. Memberikan kontribusi bagi dunia Pendidikan dan Kepedulian Sosial, khususnya bagi Anak – anak dan Remaja
  2. Mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang siap pakai dalam keikut sertaan membangun Bangsa dan Negara
  3. Memberikan Santunan sebagai Spirit Moral untuk dapat hidup selayaknya bagi keluarga miskin, dengan cara memberikan Pendidikan Keterampilan agar dapat Bekerja dan Hidup Mandiri
  4. Membuka lahan kerja Permanen yang Produktif melalui Program Pelatihan Kewirausahaan
  5. Mengembangkan Rumah Belajar 09 sebagai Lembaga Sosial yang dikenal dan diminati seluruh masyarakat Indonesia mau pun masyarakat sosial di negara  – negara lain, sebagai sebuah International  Social Power, yang kelak mampu memberikan sumbangan nyata bagi kehidupan Berbangsa dan Bernegara secara Global

VISI MISI






Rumah Belajar 09 merupakan tempat belajar bersama, saling berbagi, dan pengembangan diri bagi anak – anak. Rumah Belajar 09 didirikan atas dasar rasa sosial dan rasa cinta kepada anak – anak. Dalam menjalankan visi dan misinya, RB09 tidak memungut biaya dari anak maupun orang tua. Sumber dana di harapkan berasal dari para donatur maupun usaha para pengelola. Samapi dengan akhir tahun 2011, anak – anak yang belajar berjumlah 108 orang.

Info data
  • Nama                       : RUMAH BELAJAR 09
  • Makna/ Arti nama    : Pusat kegiatan belajar dan berkreasi yang Berkwalitas untuk mencapai  derajat yang tertinggi, tapi tetap  rendah hati
  • Motto                       : Bersama membangun “ Generasi “   Bangsa
  • Lokasi                       : Jl. Jati IX No. 7 Rt 010 / 09 Kelurahan Sungai Bambu  Kecamatan Tanjung Priok  – Jakarta Utara (14330)


Visi
Tidak ada lagi Anak dan Remaja yang tidak mendapatkan Hak dalam menuntut Ilmu dan perlindungan

Misi
  1. Dapat menciptakan Anak yang Cerdas, Berbudi pekerti, Berakhlak dan mempunyai Skill  yang mumpuni
  2. Dapat memberikan ketentraman bagi Anak dalam menuntut Ilmu dan dalam berinteraksi dengan masyarakat

Profil Rumah Belajar

PROFIL
RUMAH BELAJAR 09
Bersama membangun “generasi” Bangsa

















Sekretariat :
Jl. Jati IX No. 7 Rt 010 / 009 Kelurahan Sungai Bambu Kecamatan Tanjung Priok – Jakarta Utara 14330
Telp. (021) 954.352.73 mobile. 087.880.470.789
Email : indrawan_effendi@yahoo.co.id – noerfreeyork2008@yahoo.co.id-iwecdbolangscout@yahoo.co.id

Wajah Sistem Pendidikan di Indonesia


Wajah Pendidikan di Indonesia

Kita sebagai orang tua seringkali mengikutkan anak kita berbagai macam les tambahan di luar sekolah seperti les matematika, les bahasa inggris, les fisika dan lain-lain. Saya yakin hal ini kita dilakukan untuk mendukung anak agar tidak tertinggal atau menjadi yang unggul di sekolah. Bahkan, terkadang ide awal mengikuti les tersebut tidak datang dari si anak, namun datang dari kita sebagai orang tua. Benar tidak?
Memang, saat ini kita menganggap tidak cukup jika anak kita hanya belajar di sekolah saja, sehingga kita mengikutkan anak kita bermacam-macam les. Kita ingin anak kita pintar berhitung, kita ingin anak kita mahir berbahasa inggris, kita juga ingin anak kita jago fisika dan lain sebagainya. Dengan begitu, anak memiliki kemampuan kognitif yang baik.
Ini tiada lain karena, pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah juga menuntut untuk memaksimalkan kecakapan dan kemampuan kognisi. Dengan pemahaman seperti itu, sebenarnya ada hal lain dari anak yang tak kalah penting yang tanpa kita sadari telah terabaikan. Apa itu? Yaitu memberikan pendidikan karakter pada anak didik. Saya mengatakan hal ini bukan berarti pendidikan kognitif tidak penting, bukan seperti itu!
Maksud saya, pendidikan karakter penting artinya sebagai penyeimbang kecakapan kognitif. Beberapa kenyataan yang sering kita jumpai bersama, seorang pengusaha kaya raya justru tidak dermawan, seorang politikus malah tidak peduli pada tetangganya yang kelaparan, atau seorang guru justru tidak prihatin melihat anak-anak jalanan yang tidak mendapatkan kesempatan belajar di sekolah. Itu adalah bukti tidak adanya keseimbangan antara pendidikan kognitif dan pendidikan karakter.

Ada sebuah kata bijak mengatakan, ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh. Sama juga artinya bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan karakter adalah buta. Hasilnya, karena buta tidak bisa berjalan, berjalan pun dengan asal nabrak. Kalaupun berjalan dengan menggunakan tongkat tetap akan berjalan dengan lambat. Sebaliknya, pengetahuan karakter tanpa pengetahuan kognitif, maka akan lumpuh sehingga mudah disetir, dimanfaatkan dan dikendalikan orang lain. Untuk itu, penting artinya untuk tidak mengabaikan pendidikan karakter anak didik. Lalu apa sih pendidikan karaker itu?
Jadi, Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menekankan pada pembentukan nilai-nilai karakter pada anak didik. Saya mengutip empat ciri dasar pendidikan karakter yang dirumuskan oleh seorang pencetus pendidikan karakter dari Jerman yang bernama FW Foerster. Pertama, pendidikan karakter menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normatif. Anak didik menghormati norma-norma yang ada dan berpedoman pada norma tersebut. Kedua, adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, dengan begitu anak didik akan menjadi pribadi yang teguh pendirian dan tidak mudah terombang-ambing dan tidak takut resiko setiap kali menghadapi situasi baru. Ketiga, adanya otonomi, yaitu anak didik menghayati dan mengamalkan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, anak didik mampu mengambil keputusan mandiri tanpa dipengaruhi oleh desakan dari pihak luar. Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan anak didik dalam mewujudkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan marupakan dasar penghormatan atas komitmen yang dipilih.

Pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan mengormati dan sebagainya. Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan.
Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis dan kognisinyan (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Dan, kecakapan soft skill ini terbentuk melalui pelaksanaan pendidikan karater pada anak didik.
Berpijak pada empat ciri dasar pendidikan karakter di atas, kita bisa menerapkannya dalam pola pendidikan yang diberikan pada anak didik. Misalanya, memberikan pemahaman sampai mendiskusikan tentang hal yang baik dan buruk, memberikan kesempatan dan peluang untuk mengembangkan dan mengeksplorasi potensi dirinya serta memberikan apresiasi atas potensi yang dimilikinya, menghormati keputusan dan mensupport anak dalam mengambil keputusan terhadap dirinya, menanamkan pada anak didik akan arti keajekan dan bertanggungjawab dan berkomitmen atas pilihannya. Kalau menurut saya, sebenarnya yang terpenting bukan pilihannnya, namun kemampuan memilih kita dan pertanggungjawaban kita terhadap pilihan kita tersebut, yakni dengan cara berkomitmen pada pilihan tersebut.
Pendidikan karakter hendaknya dirumuskan dalam kurikulum, diterapkan metode pendidikan, dan dipraktekkan dalam pembelajaran. Selain itu, di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar juga sebaiknya diterapkan pola pendidikan karakter. Dengan begitu, generasi-generasi Indonesia nan unggul akan dilahirkan dari sistem pendidikan karakter.